Prevalensi kasus nyeri yang terhitung tinggi di Surabaya mendorong Tim Pengelolaan Nyeri Kota Surabaya untuk lakukan bakti sosial. Bakti sosial tersebut diadakan di Rumah Sakit Paru, Karang Tembok, Surabaya, pada Sabtu (29/7) lalu.
Pada bakti sosial tersebut dilakukan pemeriksaan dan pendataan terhadap 200 pasien nyeri yang akan ditangani, mulai dari tindakan sederhana dengan pemberian obat sampai dengan tindakan intervensi.
Bakti sosial tersebut terselenggara atas kerjasama antara Departemen Anestesiologi dan Reanimasi, Fakultas Kedoteran Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo, dan RS Paru Karang Tembok Surabaya. Terlibat pula dalam bakti sosial ini Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kota Surabaya, Dinas Kesehatan Kota Surabaya, dan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) Jawa Timur.
Dalam acara tersebut juga terdapat deklarasi pembentukan Tim Nyeri Kota Surabaya. Selain itu, ada kuliah umum dari Guru Besar Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK UNAIR tentang Paradigma Baru Pengelolaan Nyeri di Masyarakat oleh Prof. Dr. H.R. Eddy Rahardjo, dr., Sp.An.KIC.KAO. Sementara Dedi Susila,dr.,SPAN.An.KMN mensosialisasi tentang Pusat Pengelolaan Nyeri oleh dan mahasiswa PPDS Anestesiologi FK UNAIR memberikan penyuluhan Nyeri Masyarakat.
Di samping rangkaian acara tersebut, dilakukan diagnosis dan pengobatan nyeri oleh 35 orang tenaga medis sebagai inti dari baksos hari itu.
Acara yang digelar di hampir separuh dari RS Paru Karang Tembok tersebut merupakan salah satu bagian dari kegiatan Ilmiah nasional Indonesia Society of Anesthesiology of Pain Management (ISAPM) dan sekaligus sebagai bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Bakti sosial yang telah terlaksana dua kali tersebut diharapkan dapat menjadi harapan manis bagi para pasien dalam menghadapi penyakit bandel yang butuh penanganan intens.
Eddy mengatakan, paradigma yang dikenalkan kepada masyarakat berbeda dengan teknik pengobatan farmako. Tahap pertama dilakukan pemberian obat, dan tahap kedua pembedahan.
“Kali ini pengobatan nyeri dapat dilakukan dengan analisa penyakit, pengkodingan klasifikasi nyeri, dilakukan intervensi nyeri dengan memanfaatkan sinar X ultrason. Sehingga syaraf yang keliru dapat segera dilakukan tindakan,” jelasnya.
Teknik intervensi yang telah berjalan tiga tahun ini banyak menangani ratusan hingga ribuan pasien dengan jenis nyeri akut, kronik, dan kanker. Tingkat keberhasilannyapun beragam.
“Pengobatan dengan teknik intervensi yang sudah berjalan selama tiga tahun ini dikatakan berhasil ketika pasien merasakan perubahan rasa nyeri yang berkurang hingga kurang dari 50 % dengan waktu pengobatan delapan bulan sampai dengan satu tahun. Itu semua tergantung jenis rasa sakit nyerinya,” jelas dr. Dedi Susila Sp.An.KMN.
Ke depan, upaya peningkatan pelayanan nyeri pada masyarakat luas dengan melibatkan perwakilan tenaga medis dan fasilitas kesehatan akan senantiasa berkoordinasi secara aktif dengan pembinaan berkelanjutan di pusat pengelolaan Nyeri RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Komitmen utama setelah adanya baksos pada bulan Juli ini nantinya akan direalisasikan dengan terbentuknya sistem baru di RSUD Dr. Soetomo terkait alur pengobatan yang tidak membingungkan bagi pasien.
Harapannya, semakin banyak pasien yang tertolong dari tekanan penyakit nyeri. Hal itu otomatis akan berdampak pada kualitas hidup pasien yang meningkat, sesuai motto dari tim Nyeri kota Surabaya yaitu Hidup Berkualitas, Bebas Nyeri.
Fakultas Universitas Airlangga
- Fakultas Kedokteran
- Fakultas Kedokteran Gigi
- Fakultas Hukum
- Fakultas Ekonomi dan Bisnis
- Fakultas Farmasi
- Fakultas Kedokteran Hewan
- Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
- Fakultas Sains dan Teknologi
- Fakultas Kesehatan Masyarakat
- Fakultas Psikologi
- Fakultas Ilmu Budaya
- Fakultas Keperawatan
- Fakultas Perikanan dan Kelautan
- Fakultas Vokasi
- Sekolah Pasca Sarjana
Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar